Tikus adalah salah satu jenis binatang pengerat yang bisa dengan mudah ditemukan hidup di sekitar kita. Karakteristik hewan ini terutama adalah gigi depan yang akan tumbuh antara 3.5 hingga 4.5 inchi per tahunnya. Ini membuat tikus harus terus menerus mengerat ataupun menggerogoti benda-benda yang ada di sekitarnya agar gigi depan yang terus tumbuh ini terkikis perlahan-lahan.
Jika tidak, giginya akan tembus serta melukai bibir dan mulut. Ini akan mengakibatkan terjadinya infeksi sehingga tikus tidak bisa makan lagi. Tikus yang tidak bisa makan tentu tidak akan bisa hidup lama. Cara berkembang biak tikus sendiri adalah dengan cara melahirkan karena termasuk binatang mamalia, yaitu binatang yang melahirkan serta menyusui anak-anaknya.
Keberadaan tikus umum dianggap sebagai gangguan karena menjadi hama. Terutama adalah hama pertanian di mana tikus akan memakan hasil panen petani dan mengakibatkan kerugian. Untuk mengatasi hal ini, petani biasanya akan menggunakan pestisida untuk menyemprot tanaman agar bebas dari tikus. Perburuan tikus juga kerap dilakukan petani di sawah-sawah, baik dengan menggunakan tangan kosong ataupun menggunakan bantuan hewan predator.
Beberapa petani di Indonesia diketahui telah memanfaatkan ular serta burung hantu selaku predator alami tikus guna mengurangi populasi hama ini di sawah-sawah. Hasilnya terbilang efektif serta berhasil mengurangi jumlah tikus yang merugikan petani.
Walau demikian, keberadaan tikus memiliki peran yang cukup penting dalam rantai makanan. Selain menjadi hama tanaman, tikus juga dikenal sebagai pembawa aneka jenis penyakit, di antaranya adalah penyakit pes. Inilah alasan lain mengapa tikus dianggap hama dan harus diberantas. Di rumah-rumah warga, seringkali tikus akan berdiam di atap rumah. Untuk mengatasinya, cara yang sering dilakukan ialah dengan memasang perangkap hingga memanfaatkan kucing untuk memburunya.
Sebagai hewan mamalia yang menyusui anaknya, tikus berkembang biak dengan cara melahirkan. Istilahnya adalah vivipar. Tikus akan mulai bereproduksi di usia 2 hingga 3 bulan dalam masa hidupnya. Kehamilan tikus betina berkisar antara 19 hingga 21 hari.
Tikus betina akan dapat melahirkan antara 5 hingga 10 ekor bayi. Dalam setahun, tikus betina bisa melahirkan antara 5 sampai dengan 10 kali. Tikus juga akan kawin lagi hanya dalam kurun waktu 48 jam setelah melahirkan anak-anaknya. Ini artinya, sepasang tikus akan dapat menghasilkan keturunan dalam jumlah antara 10.000 sampai 15.000 ekor dalam kurun waktu setahun saja. Ini hanya untuk sepasang tikus, bayangkan jika ada sepuluh pasang tikus di lingkungan kita.
Dengan tingkat produktivitas yang sangat tinggi, tidak heran jika hewan pengerat ini menjadi hama yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Pemberantasan hama tikus juga penting dilakukan demi kenyamanan dan kesehatan.
Pemberantasan hama tikus dapat dilakukan lewat beragam cara. Yang paling umum terutama adalah lewat pemasangan perangkap agar tikus mati dalam perangkat. Namun, tikus yang bisa ditangkap lewat perangkap ini rata-rata hanya satu hingga tiga ekor saja dan terbilang efektif untuk tingkat rumah tangga. Untuk pemberantasan hama tikus dalam jumlah banyak seperti tikus yang menjadi hama tanaman padi, petani biasanya akan melakukan pengasapan.
Lubang-lubang yang menjadi sarang tikus akan diasapi sehingga tikus keluar dan dapat diberantas dengan mudah. Pemakaian predator alami tikus seperti ular dan burung hantu juga telah mulai dilakukan oleh para petani di beberapa wilayah. Demikian adalah cara berkembang biak tikus serta cara-cara pemberantasannya.
Tags:
Knowledge